• Post 1
  • Post 2
  • Post 3

Pengertian Konsep ISO

 

Apa itu ISO? Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya.


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja. Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja.

  

Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya mengeset ISO saya di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?

Secara garis besar, saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 ( dalam aperture yang selalu konstan – kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority – A atau Av) , kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi:1/500 detik. Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh , kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1stop.


Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter Priority – S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2; missal dari 100 ke 200 ke 400 …dst, lihatlah perubahan besaran aperture anda.

Terima kasih atas kunjungannya, mampir lagi!
Read More

Pemahaman mengenai Shutter Speed


Apa itu shutter, pengertian shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.

Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:

  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang)
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
  • Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut. 

    Terima kasih atas kunjungannya semoga semua ilmunya dapat bermanfaat.
Read More

Pengertian dan cara pengaturan White Balance


White balance adalah aspek penting dalam dunia fotografi dan berpengaruh pada hasil akhir foto. Alasan kenapa kita perlu
memahami white balance adalah karena kita ingin warna foto kita seakurat mungkin. Jadi, white balance berpengaruh terhadap warna foto.


Ketiga foto diatas adalah foto yang identik, bahkan ketiganya berasal hanya dari satu foto. Saya hanya mengubah setting white balance-nya dan hasilnya: ketiganya sangat berbeda warnanya. Foto A tampak sangat kebiruan, foto B terlihat cukup normal dan foto C terlihat kekuning-kuningan.

Alasan kenapa kamera memerlukan setting white balance adalah karena kita memotret dalam kondisi pencahayaan yang berubah-rubah. Mata telanjang kita adalah alat yang super canggih dan mampu beradaptasi (menyeimbangkan) terhadap perubahan warna cahaya, jadi kertas putih dimanapun akan tampak putih bagi kita. Namun kamera tidaklah secanggih mata, karena itu kertas putih belum tentu terlihat putih bagi kamera dalam warna pencahayaan yang berbeda.


Jadi tujuan setting white balance adalah memerintahkan kamera agar mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau, atau dengan kata lain agar kamera merekam warna obyek secara akurat dalam kondisi pencahaayan apapun.

Bagaimana Cara Setting White Balance?
Setiap kamera memiliki cara setting yang berbeda, oleh karena itu anda harus merujuk pada buku manual jika memang sejauh ini belum menemukan caranya. Anda bisa mencari buku manual kamera
disini. Kalau anda masih bingung, gunakan mode auto white balance. Kamera mungkin tidak selalu benar namun paling tidak lebih banyak benar.

Preset

Anda juga bisa menggunakan preset jika memang tersedia di kamera anda:
  • Auto – kamera akan menebak temperatur warna berdasar program yang ditanam dari sononya oleh pembuat kamera. Anda bisa menggunakannya pada kebanyakan situasi, namun tidak disetiap situasi (misal: memotret saat sunset/sunrise)
  • Tungsten – disimbolkan dengan ikon bohlam. Karena itu cocok digunakan saat anda memotret di ruangan dengan sumber cahaya bohlam.
  • Fluorescent – disimbolkan dengan ikon lampu neon, gunakan saat memotret di ruangan dengan pencahayaan lampu neon.
  • Daylight – biasanya dengan simbol matahari, gunakan saat berada di bawah sinar matahari
  • Cloudy – disimbolkan dengan awan, gunakan saat memotret di cuaca mendung
  • Flash – simbolnya kilat, jika anda menggunakan lampu flash (strobe) gunakan preset ini.
  • Shade – biasanya simbolnya rumah atau pohon, gunakan saat memotret dalam rumah (siang hari) atau anda berada di daerah bayangan – bukan sinar matahri langsung.

Cara Setting White Balance Secara Manual

Beberapa kamera, terutama
SLR dan prosumer, menyediakan fasilitas setting white balance manual. Setting manual adalah cara paling akurat jika kita bingung dengan temperatur warna sumber cahaya kita. Ini biasanya terjadi dalam pemotretan dengan sumber pencahayaan yang lebih kompleks (lebih dari satu jenis temperatur warna).

Kita bisa memanfaatkan kertas putih untuk tujuan ini. Set white balace mode di custom atau manual, kemudian arahkan kamera supaya membidik kertas ini kemudian jepret. Kamera akan mendeteksi warna putih dan menyimpan temperaturnya, akan muncul konfirmasi di layar LCD kamera kalau setting sudah OK.

Cara yang lebih mudah dan akurat adalah dengan menggunakan aksesoris tambahan yang bernama expodisc atau kenko, harganya berkisar dari Rp. 800 ribu s/d Rp. 1,5 Juta. Anda bisa membeli-nya di toko-toko kamera besar di Jakarta dan Surabaya.

Terima Kasih atas kunjungan anda.
Read More

Istilah dalam dunia fotografi


Di dalam dunia fotografi banyak kata kata asing yang tidak dimengerti disini kami akan membantu membuat anda mengerti.


NORMAL LENS:
Lensa normal, berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia.

OBSCURA:
Cikal bakal kamera yang digunakan saat ini. Prinsipnya adalah sebuah kamar gelap yang tertutup dengan lubang kecil di depannya. Jika kamera obscura ditempatkan menghadap benda yang diterangi cahaya maka akan terlihat sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut pada dinding yang berhadapan dengan lubang.

CAMERA OBSCURA:
Kamera pertama dalam dunia fotografi, di mana bentuknya merupakan sebuah kamar gelap yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole).

OBSERVASI:
Dalam bidang potret memotret adalah pengamatan yang dilakukan untuk mencari tahu tentang subjek foto terutama mengenai gerak-gerik, suasana hati maupun ekspresi.

OPAQUE:
Opak, ialah sifat padat atau kedap sinar. Baik pandangan maupun sinar tak dapat menembusnya. Misalnya lempengan besi, kayu, karton, dll.

OPTIK:
Berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb).

ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.

OVER EXPOSURE:
Pencahayaan lebih. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat paa film maupun foto, di mana gambar yang ada tampak terang atau gelap pada film negatif karena pencahayaan yang berlebihan.

OVERHEAD LIGHTING:
Sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari atas.

OVERRIDE:
Penyimpangan dari pengatur otomatis supaya dapat diatur dengan menggunakan tangan atau secara manual.

ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak mengubah warna gambar.

NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.

NEGATIF:
Kebalikan dari aslinya. Yang menghasilkan gambar negatif.

NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap.

NEUTRAL DENSITY:
Kepadatan netral yang tidak mengandung warna. Sebutan ini biasanya dipakai untuk lensa penyaring yang berfungsi untuk mengurangi kecerahan sinar.

NEWS FEATURE:
Sering disebut dengan cerita di balik berita, yaitu suatu foto yang menyajikan sisi lain dari suatu situasi atau aneka peristiwa yang hangat.

NIKON:
Salah satu merek peralatan kamera buatan Jepang.

NIRMANA:
Adalah susunan gambar dalam bingkai, jalannya garis-garis yang dominan membentuk bidang-bidang utama yang dibatasi oleh suatu format.

NONREFLEX CAMERA:
Kamera nonrefleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya seperti kamera kompak atau kamera langsung jadi Polaroid.

NORMAL CONTRAS:
Kontras yang wajar. Tidak berlebihan dan tidak kurang sebagai hasil pengembangan film atau hasil sebuah cetakan.

MEGALIGHT:
Adalah sebutan untuk sebuah lampu flood yang mempunyai kapasitas atau kemampuan cahaya yang amat besar hingga 7 meteran.

MESNICUS LENS:
Adalah lensa tipis yang berbentuk bulan sabit.

METERING:
Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori. Centerweight, evaluative/matrix dan spot.

METERING CENTER WEIGHT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan 60 persen daerah tengah gambar.

METERING MATRIX:
Pola pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan prosentase tertentu.

METERING SPOT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.

MF:
Manual Focus, adalah cara kerja menemukan fokus atau penajaman gambar yang dilakukan dengan menggunakan tangan.

MICRO DIAPRISM:
Kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar melalui pengamat.

MCROPRISM:
Prisma mikro. Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus atau kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar melalui pengamat.

MICROPHOTOGRAPHY:
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil dengan menggunakan bantuan mikroskop.

Terima kasih atas kunjungannya.
Read More

Mode Auto dan Scene Pada Kamera Digital


Mode auto saat ini sudah lumayan handal untuk sekedar menghasilkan foto yang benar.

Dan mode scene merupakan jalan tengah bagi fotografer yang ingin menambah kreativitas namun malas menggunakan mode manual.

Mode manual menawarkan fleksibiltas dan kreativitas dalam menghadapi situasi apapun dan dalam menghasilkan foto yang benar-benar sesuai dengan kehendak artistik kita. Karena foto yang benar belum tentu foto yang baik.

Mari kita kembali ke mode auto dan mode scene yang paling banyak digunakan:
  1. Mode Auto (A)Tidak perlu penjelasan apapun, pada intinya kita percayakan pemilihan keseluruhan setting (shutter-aperture-ISO-White Balance & Flash jika ada) pada otak di kamera. Kamera akan berusaha menebak karakteristik seluruh obyek dalam frame serta kondisi cahayanya lalu menentukan semua besaran setting diatas. Mode ini efektif untuk pemula, tetapi hanya menghasilkan foto yang benar namun bukan luar biasa
  2. Mode Portrait (biasa dilambangkan dengan ikon dengan kepala wanita)Kamera akan memilih DOF yang sempit (angka aperture sekecil-kecilnya) sehingga obyek yang di foto akan terisolasi dari background, sehingga ruang fokus hanya akan berada pada subyek saja sementara background terlihat kabur.
  3. Mode Macro (biasa dilambangkan dengan ikon bunga)
    Mode ini diperlukan saat kita ingin mengambil foto benda-benda kecil dari jarak dekat (close-up). Dengan mode ini, kita bisa mendekatkan  ujung lensa sedekat-dekatnya (biasanya antara 2-8 cm dari obyek) sehingga benda sekecil apapun akan terlihat cukup besar dan detail.
Dalam jarak sedekat ini, kita harus mengusahakan agar bidang obyek yang difoto sejajar dengan kamera, dan sebisa mungkin menggunakan tripod sehingga hasilnya tajam dan bidang fokusnya cukup. Akan saya pakai saat:
-    Saya memotret bunga, serangga, kupu-kupu, atau uang koin. Atau,
-    Saya akan memotret makanan sehingga memenuhi seluruh frame foto saya
  1. Mode Sport (biasa dilambangkan dengan ikon orang berlari)Mode ini dirancang untuk membekukan gerakan. Di mode ini, kamera akan memperkecil shutter speed sekecil mungkin sehingga ketika membidik subyek bergerak  foto yang dihasilkan akan tetap tajam. Flash akan dimatikan dan hanya bekerja saat cahaya cukup. Akan saya gunakan ketika:-    Saya memotret anak saya yang sedang menggiring bola
-    Saya akan memotret sebuah mobil yang sedang melaju
  1. Mode landscape (biasa dilambangkan dengan ikon gunung)Mode ini adalah kebalikan dari mode portrait. Kamera akan menggunakan angka aperture sebesar mungkin, sehingga bidang fokus foto (Depth of Field – DOF) bisa seluas mungkin. Dengan begitu  keseluruhan bagian foto dalam frame akan tajam. Sesuai namanya, mode ini didesain dipakai saat kita memotret pemandangan alam, namun juga bisa digunakan saat memotret orang namun kita ingin background tetap terlihat tajam. Saya gunakan mode landscape saat:-    Memotret terasiring yang indah di Bali
-    Memotret 10 orang yang berpose didepan Candi Borobudur
  1. Mode Night (dilambangkan dengan ikon bintang atau bulan)Mode ini didesain untuk bekerja dalam kondisi cahaya yang minim, baik saat malam maupun kita berada dalam ruangan yang remang.  Kamera akan menaikkan ISO supaya dalam kondisi remang-pun sensor masih mampu menangkap cahaya dengan baik, mode ini juga berusaha membuat shutter speed yang lebih lama sehingga gambar tidak terlalu kabur dan biasanya secara otomotis flash bawaan kamera akan ikut menyala. Saya memakai night mode saat:-    Mengambil foto dalam sebuah pesta malam
-    Memotret jalanan dimalam hari
  1. Mode Beach / Snow Menyeimbangkan eksposur supaya putih-nya salju atau pasir pantai tidak kehilangan detailnya dan juga tidak terlalu pucat dengan menaikkan eksposur. White balance diset di sinar matahari.
  2. Mode Fireworks Tanpa flash, shutter speed diset lumayan lama untuk merekam pergerakan percikan kembang api dengan baik. Mode ini sebaiknya diimbangi dengan memakai alat bantu untuk menstabilkan kamera supaya tidak goyang, misal tripod.

    Terima kasih atas kunjungan anda.
Read More

Pengentian Aperture dan Depth of Field


Definisi aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto.


Saat kita memencet tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, nah setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya yang akan masuk terbaca oleh sensor.

apertureAperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.

Jadi dalam kenyataannya, setting aperture f/2.8 berarti bukaan yang jauh lebih besar dibandingkaan setting f/22 misalnya (anda akan sering menemukan istilah fully open jika mendengar obrolan fotografer). Jadi bukaan lebar berarti makin kecil angka f-nya dan bukaan sempit berarti makin besar angka f-nya.
 aperture


Depth of Field
Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.

PICT0235_md

Untuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil, misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) – lihat contoh foto diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture sebesar mungkin, misal f/2.8 – lihat contoh foto dibawah.

PICT0236_md

Konsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan membutuhkannya.

Thank for belajarfotografi,
Read More

Memahami Konsep Eskposur


Seringkali setelah membeli kamera digital baik slr maupun point & shoot, kita terpaku pada mode auto untuk waktu yang cukup lama.


Mode auto memang paling mudah dan cepat, namun tidak memberikan kepuasan kreatifitas.

Bagi yang ingin “lulus  dan naik kelas” dari mode auto serta ingin meyalurkan jiwa kreatif kedalam foto-foto yang dihasilkan, ada baiknya kita pahami konsep eksposur. Fotografer kenamaan, Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku berjudul Understanding Exposure yang didalamnya diterangkan konsep eskposur secara mudah.

Peterson member ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.

Ketiga elemen tersebut adalah:
  1. ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
  2. Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
  3. Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut eksposur.  Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.

Perumpamaan Segitiga Eksposur
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami eksposur adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini saya menyukai perumpamaan segitiga eksposur seperti halnya sebuah keran air. Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran, aperture adalah  seberapa lebar kita membuka keran dan ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM, dan air yang mengalir melal.

Terima kasih atas kunjungan anda.
Read More

Dasar Teknologi DSLR (Shutter Speed)


Kamera DSLR adalah Shutter Speed, Aperture/Diafragma dan ISO. Karena ketiga hal tersebut yang nantinya akan menghasilkan sebuah foto dengan komposisi dan tonal.


Saya akan coba menjelaskan satu persatu mengenai tiga hal tersebut dengan berdasarkan ilmu teori yang saya miliki, maupun pengalaman selama menggunakan kamera DSLR.

Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.



•    Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.

•    
Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.

 
•    Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.



Demikian pembahasan pertama tentang shutter speed sebagai langkah awal untuk dapat menguasai Kamera DSLR.

terima kasih atas kunjungan anda.
Read More

Sekilas tentang fotografi


Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.

Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan ukuran cahaya yang tepat untuk menghasilkan bayangan, digunakan bantuan alat ukur lightmeter. Setelah mendapat ukuran cahaya yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur cahaya tersebut dengan mengatur ASA (ISO speed), diafragma (aperture), dan penggunaan filter.

Jenis-jenis kamera
a. Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.
- Format film

Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia.
  1. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita.
  2. Medium format
  3. Large format
- Jenis Film
  1. Film B/W, film negatif hitam putih.
  2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai.
  3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas.
- Jenis-jenis kamera
  1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm.
  2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm.
  3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem.
  4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium.
  5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium.
b. Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.
c. Kamera digital. Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film.
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto.
3. DSLR. Digital SLR.
Shooting mode
Mode auto, mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret.
  1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter.
  2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF.
  3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil.
  4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus.
  5. Fast shuter speed
  6. Slow shutter speed
Creative zone
  1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.
  2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat.
  3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed.
  4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual.
Komposisi dan Angle.
Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar.
Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

Read More